Oleh: Zulfikri, S.Pd.I., M.A Guru Bahasa Arab MAN 2 Kota Padang
Manusia adalah makhluk yang tidak pernah luput dari salah dan dosa. Bahkan dapat dikatakan tidak ada satu orang manusia pun di dunia ini yang tidak pernah melakukan kesalahan sekecil apapun kesalahan itu.
Mulai dari Nabi Adam ‘alaihissalam hingga anak cucu dan keturunannya sampai saat sekarang, manusia akan tetap menjadi tempatnya salah dan lupa (al-insân makânul khatha’ wan nisyân), namun sebaik-baik manusia adalah mereka yang mau dan berani untuk bertaubat.
Sebagaimana hadis Rasulullah SAW: كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ (رواه الترميذي)
Artinya: Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat (HR. At-Tirmidzi).
Sekalipun demikian, bukan berarti manusia mendapatkan legitimasi untuk melakukan kesalahan dengan sewenang-wenang dan bukan pula harus pesimis terhadap takdir Allah tersebut. Sebab rahmat Allah itu sangat luas dan dibalik kesalahan manusia itu selalu ada hikmahnya. Baik kesalahan karena lupa atau justru dilakukan dengan sengaja.
Sebab terkadang manusia harus mengetahui terlebih dahulu arti kesalahan untuk memahami arti sebuah kebenaran. Sama halnya seperti mengalami kesedihan untuk merasakan arti sebuah kebahagiaan, atau mengalami sakit untuk merasakan betapa nikmatnya arti kesehatan.
Semua itu Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya manusia secara silih berganti sebagai salah satu hikmah penciptaan segala sesuatu di alam semesta ini dengan berpasang-pasangan. Ada siang ada malam, ada panas ada dingin, ada laki-laki ada perempuan, ada langit dan ada pula bumi, ada sedih dan ada pula gembira. Dengan begitu kehidupan manusia lebih dinamis, tidak monoton dan bahkan menjadi lebih hidup.
Allah SWT menciptakan makhluk-Nya bernama manusia dengan sebaik-baik rupa (ahsani taqwim), bahkan Allah juga telah menganugerahkan kepada manusia potensi yang sangat berharga berupa akal pikiran sehingga manusia dapat membuat pilihan-pilihan terbaik bagi diri dan kehidupannya.
Allah SWT juga telah memberikan pilihan kepada manusia berupa dua jalan, yaitu jalan fujur (kefasikan) dan jalan taqwa. Jalan fujur akan mengantarkan seseorang kepada kehidupan yang penuh siksa di akhirat (neraka), sedangkan jalan taqwa akan mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan dan kenikmatan (surga). Manusia diberikan hak untuk memilih jalan mana yang akan ia tempuh dan manusia harus siap untuk menerima konsekuensi dari pilihannya tersebut.
Seseorang yang cerdas akalnya tentu saja akan enggan melakukan dua kali kesalahan yang sama. Karena tidak ada yang lebih bodoh kecuali orang yang melakukan kesalahan yang sama secara berulangkali. Ibarat orang yang sedang berjalan, kemudian karena ketidak hati-hatiannya lalu terpesorok ke dalam sebuah lobang, kemudian di waktu yang berbeda ia kembali terperosok pada lobang yang sama.
Ini artinya orang tersebut tidak mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan tidak pula berinisiatif untuk mengambil pelajaran dari kesalahan masa lalunya.Untuk itu, sekecil apapun kesalahan hendaklah dijadikan sebagai bahan instrospeksi dan evaluasi diri agar menjadi lebih baik ke depannya sekaligus sebagai jalan meraih kehidupan yang bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Inilah hikmah mengapa manusia menjadi tempatnya salah dan lupa.
Wallahu a’lam