Oleh: Zulfikri, S.Pd.I M.A, Guru PAI MAN 2 Kota Padang
Berpuasa menahan haus dan lapar sebagai wujud ketaatan dan ketundukan kepada Allah SWT selama Ramadhan adalah suatu kewajiban bagi setiap mukmin baligh lagi berakal (QS. Al-Baqarah: 183).
Sebulan Ramadhan penuh orang-orang beriman ditempa tidak makan dan minum di siang hari serta menghindari segala yang membatalkan atau bahkan merusak pahala ibadah puasa. Tujuannya agar diri dan jiwanya kembali fitrah dan suci dari dosa akibat khilaf dan salah yang ia perbuat selama sebelas bulan sebelumnya.
Begitu banyak hikmah dan keutamaan berpuasa. Baik puasa wajib Ramadhan maupun puasa-puasa sunnah di luar Ramadhan. Di antara hikmah berpuasa dimaksud adalah meningkatkan daya ingat. Salah satu kendala sebagian peserta didik di sekolah dan atau madrasah dalam proses pembelajaran adalah sulitnya menghafal konsep-konsep dari bahan ajar yang disajikan guru.
Hal ini tidak jarang membuat mereka kurang termotivasi untuk belajar dan bahkan ada juga yang sampai pesimis untuk meraih sukses.Kesulitan menghafal ini tentunya berbeda-beda tingkatannya antara satu individu dengan individu lainnya, tergantung tingkat kecerdasan otak atau yang lebih dikenal dengan intelligent Question (IQ)nya masing-masing.
Dalam kajian Psikologi, rentang tingkat IQ seseorang diklasifikasikan kepada: di atas 131 (sangat superior/jenius), 120-130 (superior), 111-120 (IQ tinggi dalam kategori normal atau disebut bright normal), 91-110 (IQ normal/rata-rata), 80-90 (IQ rendah atau disebut dull normal) dan 70-79 (keterbelakangan mental).
Terlepas dari diferensiasi tingkat kecerdasan tersebut, yang jelas tidak tertutup peluang untuk meningkatkan daya hafal, salah satunya adalah dengan berpuasa. Hasil penelitian yang dimuat dalam Journal of The Academy of Nutrition and Dietetics menyebutkan bahwa aktivitas puasa atau mengurangi makan selama beberapa minggu secara signifikan akan meningkatkan daya ingat.
Dengan begitu, jika selama ini ada kendala dalam menghafal pelajaran, maka tidak ada salahnya melatih diri berpuasa, seperti puasa ramadhan, puasa sunnah Senin dan Kamis (dua hari dalam seminggu) dengan niat tetap karena Allah SWT agar senantiasa mendapat ganjaran pahala, di samping tujuan meningkatkan daya ingat.
Lain halnya dengan menghafal al-Quran atau tahfizh seperti yang diprogramkan oleh kebanyakan sekolah dan madrasah serta rumah-rumah tahfizh. Kesulitan menghafal al-Quran yang dialami individu dalam hal ini tidak hanya disebabkan oleh faktor IQ individu.
Namun ada faktor lain yang berkaitan dengan kesucian jiwa. Suatu ketika Imam Syafii mendatangi gurunya bernama Waqi perihal kesulitannya menghafal al-Quran. Kemudian gurunya menasehati supaya meninggalkan segala bentuk kemaksiatan.
Imam Syafii berkata:
شَكَوْتُ إِلَى وَقِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ فَأَرْشَدَنِيْ عَلَى تَرْكِ الْمَعَاصِ
Artinya: Aku pernah mengadu kepada guruku (Waqi) mengenai buruknya hafalanku, lalu beliau menasehatiku supaya aku meninggalkan kemaksiatan.
Ini artinya ketika kita masih merasa sulit menghafal al-Quran hendaklah kita mengintrospeksi diri karena berkemungkinan masih ada kemaksiatan-kemaksiatan kecil yang kita lakukan dalam keseharian, baik secara sadar maupun tanpa disadari, kemudian kita berusaha untuk merubahnya agar kesucian jiwa tetap terpelihara dan daya menghafal semakin kuat.
Wallahu alam bis shawab.
I would like to thnkx for the efforts you’ve put in writing this website. I’m hoping the same high-grade website post from you in the upcoming as well. Actually your creative writing abilities has encouraged me to get my own web site now. Really the blogging is spreading its wings quickly. Your write up is a great example of it.